Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2018

puisi 6

Lolong karya : Ahmad Farid Malam menjadi sepi dan sunyi Hening, bahkan  para serangga malam pada membukam Jangkrik juga tak terdengar bersuara Hanya deru angin dan gemerisik daun yang terdengar Malam semakin larut Aura malam menggidikan semakin menjadi Lolong anjing terdengar Auu… suara itu terdengar dan membuat bulu roma berdiri Angin semakin riuh terdengar Berlomba-lomba saling meniupi celah-celah kecil rumah Guntur ikut bersuara, dia bergemuruh kencang Membuat malam itu makin mencekam Setelah berpeluh berkeringat, subuh akhirnya datang Fajar menyingsing menyibakkan malam penuh awan Ayam berkokok menandakan sang surya kan datang Keringat di dahi akhirnya bisa kuseka lega Baca Puisi 7

Puisi 5

Di Atas Puncak Kusendiri karya : Ahmad Farid Jalanku kini menanjak Jalanku kini penuh dengan tantangan Walau tubuhku terus ditarik oleh gravitasi Tanggung jawab terus menarik kepalaku untuk tetap mendaki Kaki terus kudorongkan, diayun ke depan Napasku mulai tersengal Debu jalanan mulai menyesakkan tenggorokan Pedih mataku diterpa butir pasir yang beterbangan Ketakutanku ikut menggantung, memberati tubuhku Ia membebaniku bersama kemalasan Mencoba menjatuhkanku, membiarkan aku terjun bebas Mengikuti arah gravitasi bumi Tapi, sejenak aku pikir kembali Sosok yang menjadi motivasi perjalananku melambai di puncak jalan terjal ini Menungguku untuk menyusulnya Menungguku untuk berjalan bersamanya, bergandengan Hingga akhirnya, puncak telah kuraih, walau kuselesaikan dengan susah payah Malangnya, sang dewi itu sudah mulai jauh kembali Meninggalkanku di puncak tertinggi seorang sendiri Sementara dia berjalan turun menjauhi Di atas puncak kini kusendiri Angin-angin

Puisi 4

Cemooh karya : Ahmad Farid Keliru, salah, kalah, apakah itu dilarang? Benar dan menang, apakah harusnya seperti itu? Apa yang telah kulakukan? Apa yang kaucurigai? Bisik-bisik itu terdengar di telinga Lewat, sesaat setelah buaian mimpi selesai didendangkan Pergi sebelum mataku terbuka Pergi sebelum anggotaku tubuhku bergerak secara sadar Saat bola cahaya di ufuk timur muncul Kodok-kodok meracaukan perihal yang tak kutahu Burung-burung juga bernyanyi menyinggung Rumput-rumput juga melenggak-lenggok seolah mengejek apa yang telah kulakukan Aku tak tahu apakah yang mereka maksud Bahkan saraf-saraf otakku tak sudi untuk mendukung Aku tak dapat mengingat apa yang telah kulakukan Aku tak dapat mengira apa yang terjadi sesaat sebelum ini Katakanlah apa maumu Katakanlah apa sebenarnya yang kaumau Jangan hanya berbicara di belakang Katakanlah yang sebenarnya, aku akan dengarkan Semua senyap tak menjawab Semua diam tak berkutik Semua tertunduk menatap tanah basah

What's On?

RSS Feed

Enter your email address:

Delivered by FeedBurner