Sensei from Another World - 00

Prolog


"Hah … hah …."

Bocah laki-laki yang umurnya kira-kira masih 5 tahun menghela napasnya berat. Dengan tongkat kayu tak terlalu panjang di tangannya, dia memunggungi seorang gadis kecil yang usianya tak jauh dari umurnya.

"Hah … sialan, tubuh kecil ini perlu sedikit dilatih."

Anak itu mendesah sementara perhatiannya tetap terfokus pada orang-orang dewasa di hadapannya. Sekilas saja bila dilihat, bisa dipastikan orang-orang di depannya adalah orang-orang jahat. Muka sangar, badan kekar, penuh bekas luka dan simbol-simbol aneh yang ditato di kulitnya. Dengan semua bukti itu, nampak jelas mana yang tengah melakukan kejahatan.


"Ibu …, Ayah …, kalian di mana? Irina takut…."

Gadis itu sedikit menggigil ketakutan. Wajah mungilnya yang cantik bersih serta gaun berkilauan yang ia pakai menandakan ia bukanlah anak dari kalangan rendah. Gadis itu memiliki darah seorang bangsawan.

"Aid--,"--bocah lelaki itu menarik napasnya, meralat apa yang baru saja diucapkan--"Irina, tenang, aku ada di sini, kita pasti bisa keluar."

"Hah, omong kosong apa yang kauucapkan, Bocah tengik! Kaukira bisa lolos, kaupasti bermimpi! Lihatlah sekelilingmu, mana ada orang dewasa yang bakal menolongmu!"

Bocah lelaki itu mendelik, lalu berpaling dan membalas dengan sorot mata tajam,
"Huh, orang dewasa? Hei, Paman! Dengar ya, aku tak butuh mereka. Aku seorang diri saja sudah cukup!"

"Dasar Bocah brengsek, Zeft, hajar anak itu, biar dia tahu, mana batasan dia!"

"Baik, Bos!" sahut orang yang dipanggil Zeft tadi, lalu berjalan menghampiri bocah lelaki tadi.

"Kakak, Irina takut," gadis kecil meringik kembali.

"Tenang ya, Irina, akan kuhabisi para penculik ini. Ini tak akan lama, kok," kata Bocah lelaki itu mencoba menenangkan.

"Dasar, baru bocah kau sudah sombong, rasakan ini!"

Orang bernama Zeft memekik, lalu ayunkan kakinya kuat, hendak menendang kepala Bocah lelaki tadi dari samping. Namun, dengan sigap, Bocah itu mengelak cepat, lalu pukulkan ranting yang ia pegang ke lutut di kaki yang lain yang dipergunakan untuk menopang.

Tak! Brugh!

"Ah!!"

Orang bernama Zeft mengerang. Kakinya yang kena pukul terasa sangat menyakitkan, kaku dan sulit untuk digerakkan. Otomatis, ia jatuhkan tubuh ke tanah.

"Apa yang sedang kaulakukan, Zeft?! Masa kaukalah dengan bocah ingusan?!"

"Aduh, Bos. Kakiku sangat sakit, anak ini bukan anak sembarangan, Bos."

"Dasar lemah! Ted, Welt tunjukan pada pecundang ini bagaimana melakukan pekerjaan dengan benar!"

"Ya, baiklah." "Kau terlalu berlebihan, Brad." Ted dan Welt menyahut bersamaan.

"Aku bos di sini, Welt. Hormati aku," Brad, bos mereka menaikkan suara.

Welt berdecih, lalu berjalan pada bocah lelaki bersama orang bernama Ted tanpa mempedulikan bosnya yang agak kurang senang dengan sikapnya.

"Kau membuatku jengkel, Bocah!" kata Welt yang tanpa jeda mengirimkan tendangan tanpa ragu pada bocah lelaki yang hanya setinggi kakinya itu.

"Hah, aku juga sama!"

Bocah itu sekali lagi dapat menghindar dan mengirim serangan balik. Orang yang bernama Welt tersungkur di tanah. Temannya Ted jauh berbeda. Sejak Welt jatuh, ia segera susulkan serangan juga. Namun, tak lama setelah menyerang, ia kalah dari bocah yang dipandangnya rendah.

"Hei!"--bocah lelaki itu mengacungkan tongkat pada orang terakhir--"Paman, aku sarankan kaumenyerah!"

Orang disebut paman oleh bocah itu tetap keras kepala. Tak peduli anak buahnya sudah terkapar karena bocah di depannya, rasa angkuhnya tak surut bahkan malah meningkat.

"Cuih!" ia meludah ke samping, "jangan sombong dulu bocah setan, sini biar kaurasakan pukulanku!"

Orang itu segera kirimkan jotosan tangannya yang besar. Namun detik berikutnya, dia terjatuh ke belakang. Rasa angkuh menguasai dirinya. Dia melakukan serangan demi serangan. Bocah yang dilawan tak gentar. Ia dengan lihai memainkan tongkatnya.

Bug! Bak!

Gubrak!!

Bos penculik terkapar setelah terlempar menabrak tumpukan peti kayu. Dia mengerang kesakitan, tak kuat untuk berdiri.

Bocah lelaki memangku gadis kecil yang berada di sampingnya. Ia menatap tajam bos penculik yang tengah mengerang kesakitan, lalu berkata,

"Nah, sekarang, menyerahlah!!"



halo semua, ini baru prolog. niatnyta sih mau bikin WebNovel, hehehe. 
Do'ain aja ya, jangan bosen untuk mampir. untuk Cover belakangan aja. bye-bye 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tips praktis mengalikan angka 5

Tips praktis membagi dengan angka 5

What's On?

RSS Feed

Enter your email address:

Delivered by FeedBurner